Minnesota
Multiphasic Personality Inventory (MMPI) diterbitkan pada tahun 1940. Perancang
MMPI adalah R. Starke Hathaway , PhD, dan JC McKinley , MD. MMPI merupakan hak
cipta dari University of Minnesota. MMPI dikembangkan pada tahun 1930 di
Universitas Minnesota sebagai tes kepribadian yang komprehensif dan serius yang
dapat digunakan untuk mendeteksi masalah kejiwaan.
Tes
MMPI adalah sebuah alat tes inventori yang berisi banyak pertanyaan dengan
option “ya” dan “tidak”, tujuannya adalah untuk mengetahui kepribadian
seseorang, terutama gangguan-gangguan psikologis yang ada di dalam diri
seseorang, seperti gangguan anti sosial, gangguan seksual, gangguan depresi,
kehohongan, Dan sebagainya.
Skala
dalam MMPI dibagi menjadi :
SKALA VALIDITAS
MMPI adalah salah satu tes pertama yang mengembangkan
skala-skala untuk mendeteksi apakah responden menjawab dengan cara yang akan
membuat hasil-hasilnya secara keseluruhan tidak valid.
1. Skala “?” atau Cannot Say (SC)
Skala ? (disingkat ? atau CS) bukan benar-benar sebuah
skala formal tetapi sekedar merepresentasikan jumlah item yang dibiarkan tidak
terjawab pada lembar profil. Kegunaan mencatat jumlah pertanyaan yang tidak
terjawab adalah memberikan salah satu dari beberapa indeks validitas sebuah
protocol. Jika 30 item atau lebih dibiarkan tidak terjawab, protocol itu
kemungkinan besar tidak valid dan tidak ada interpretasi lebih jauh yang perlu
diupayakan. Hal ini semata-mata karena jumlah item yang telah direspon tidak
cukup, yang berarti informasi yang tersedia untuk menskor skala kurang. Jadi,
hasil-hasilnya kurang dapat dipercaya. Untuk meminimalkan jumlah respon cannot
say, klient seharusnya di dorong untuk menjawab seluruh pertanyaan.
2. Skala L
Skala L atau lie (kebohongan) terdiri atas 15 item yang
mengindikasikan sejauh mana seorang klien berusaha mendeskripsikan dirinya
dengan cara positif yang tidak realistis. Jadi, mereka yang mendapat skor
tinggi mendeskripsikan dirinya secara terlalu perfeksionis dan idealis.
3. Skala F
Skala ini mengukur sejauh mana seseorang menjawab dengan
cara yang atipikal dan menyimpang. Item-item dengan skala F MMPI dan MMPI-2
diseleksi berdasarkan dukungan oleh kurang dari 10% populasi. Jadi, dari segi
definisi statistic, mereka merefleksikan cara berfikir yang nonkonvensional.
Skor tinggi pada skala F biasanya disertai oleh skor-skor yang tinggi pada
banyak skala klinis. Skor tinggi sering dapat digunakan sebagai indicator umum
patologi. Seseorang yang mempunyai skor tinggi mungkin juga “faking bad”, yang
bisa menginvilidasi protokolnya.
4. Skala K
Skala ini dorancang untuk medeteksi klient-klient yang
terlalu positif dalam mendeskripsikan dirinya. Jadi, skala ini mempunyai
kesamaan dengan skala L. akan tetapi, skala K, lebih subtil dan efektif. Bila
hanya individu-individu yang naïf, moralistic dan tidak rumit saja yang akan
mendapatkan skor tinggi pada skala L, orang yang lebih cerdas dan pintar secara
psikologis mungkin mempunyai skor K yang mungkin sedikit lebih tinggi meskipun
mungkin tidak menunjukan elevasi pada skala L.
SKALA KLINIS
1. Hypochondriasis (Hs)
Skala 1 awalnya dirancang untuk membedakan penderita
hipokondriasis dengan para pasien dengan tipe-tipe psikiatrik lainnya. Meskipun
skala itu dapat menunjukan diagnosis hipokondriasis, namun skala itu paling
berguna sebagai sebuah skala untuk mengindikasikan berbagai macam karakteristik
kepribadian, tetapi belum tentu konsisten dengan diagnostic untuk
hipokondriasis.
2. Depression
Kelima puluh tujuh item skala dua berhubungan dengan
brooding, kelambanan fisik, perasaan depresi yang subjektif, apati mental, dan
malfungsi fisik.skor tinggi mungkin mengindikasikan berbagai kesulitan disalah
satu bidang atau lebih. Orang yang mendapat skor tinggi pada skala 2 biasanya
dideskripsikan sebagai orang yang suka mengkritik dirinya, menarik diri, suka
menyendiri, pendiam dan retiring (mengundurkan diri).
3. Hysteria
Dirancang untuk mengindikasikan pasien-pasien yang telah
mengembangkan gangguan-gangguan atau motorik-motorik yang berbasis
psikogenetik. Fitur penting orang yang mempunyai skor tinggi pada skala ini
adalah mereka secara stimulan melaporkan keluhan-keluhan fisik tertentu, tetapi
juga menggunakan gaya pengingkaran dimana mereka mungkin mengekspresikan
optimism secara berlebih-lebihan.
4. Psychopathic deviant
Skala ini untuk mengetes tingkat penyesuaian social
seseorang secraa umum. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan
bidang-bidang seperti derajat pengasingan diri dari keluarga, kedap social,
masalah dengan sekolah dan figure otoritas, dan penarikan diri dan masyarakat.
5. Masculinity-feminity
Skala ini dirancang untuk mengidentifikasi laki-laki yang
mengalami maslaah dengan perasaan homoseksual dan kebingungan identitas gender.
Akan tetapi, upaya ini kurang berhasil karena skor yang tinggi tampaknya tidak
mempunyai kaitan yang jelas dengan preferensi seksual.
6. Paranoia
Untuk mengidentifikasi orang dengan kondisi atau keadaan
paranoid. Ia mengukur derajat sensitifitas interpersonal, kebijakan-diri, dan
kecurigaan seseorang. Elevasi ringan pada skala 6 menunjukan bahwa orang itu
emosional, berhati lembut, dan mengalami sensitivitas interpersonal. Bila
elevasi lebih tinggi, kecurigaan dan sensitifitas seseorang menjadi lebih
ekstrim dan konsisten dalam proses-proses psikotik.
7. Psychasthenia
Keempat puluh delapan item pada skala 7 awalnya dirancang
untuk mengukur sindroma psikastenia.
8. Schizophrenia
Skala ini dirancang untuk mengidentifikasi orang yang
mengalami kondisi skizofrenik atau mirip. Tujuan ini sebagian berhasil dalam
arti bahwa diagnosis skizofrenia muncul sebagai sebuah kemungkinan dalam kasus
orang yang mendapat skor ekstreem tinggi. Akan tetapi, bahkan orang yang
mendapat skor cukup tinggipun belum tentu memenuhi criteria skizofrenia.
9. Hypomania
Keempat puluh enam item pada skala 9 awalnya dikembangkan
untuk mengidentifikasikan orang yang mengalami gejala-gejala hipomanik.
Gejala-gejala ini mungkin mencakup periode-periode siklus euphoria,
iritabilitas yang mengikat, dan aktivitas tidak produktif yang eksesif yang
mungkin digunakan sebagai distraksi untuk menghancurkan depresi. Skala ini
efektif bukan hanya dalam mengidentifikasi orang dengan kondisi manic tingkat
sedang, tetapi juga dalam mengidentifikasi karakteristik kelompok-kelompok
bukan pasien.
10. Social introversion
Skala ini dikembangkan dari person wahasiswa pada
pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kontinum introversi-ekstraversi.
Skala ini divalidasi berdasarkan sejauh mana mahasiswa ikut berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan social. Skor yang tinggi menunjukan bawah responden
pemalu, mempunyai keterampilan social yang terbatas, merasa tidak nyaman dalam
interaksi sosial, dan menarik diri dari banyak situasi interpersonal.
Banyaknya
jumlah item pada MMPI menjadi salah satu kekurangan alat tes ini, termasuk salah
satunya dalam prosedur skoring dan interpretasi yang dilakukan oleh tester.
Namun sekarang hal ini bukan menjadi sebuah hambatan lagi bagi Anda jika
memiliki Software Koreksi MMPI. atau baca selengkapnya di SINI.